Minggu, 18 Desember 2016

MENGHINDARI AKHLAK TERCELA KEPADA ALLAH



A.    RIYA

1.      Pengertian Riya
Menurut para ulama Sufi, riya artinya mencari manfaat duniawi dengan cara menampilakan perbuatan ukhrawi (akhirat) berikut segala hal yang mencerminkan amal tersebut, dan penampilan itu sengaja dilakukan untuk dilihat orang lain.
Pendapat lain mengatakan bahwa riya adalah sifat dan kepribadian yang suka menampilkan diri dalam beramal, agar amal pernbuatannya tersebut dapat dilihat orang dengan maksud ingin mendapat simpati atau pujian dari orang lain.


2.      Dalil aqli dan naqli tentang  riya
Selain tercela,sikap perbuatan riya juga dapat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik bagi pelakunya maupun orang lain.oleh sebab itu sikap riya harus di hindari  dan dijauhi agar tidak menimpa kehidupan kita.bahaya yang paling besar bagi pelaku riya adalah tidak mendapatkan pahala atas amal perbuatannya, sebab memang dia tidak mengharapkannya.
Allah SWT berjanji akan memberikan balasan yang paling buruk bagi pelaku riya, yaitu akan di buka aib dan kejelekan dirinya di mata orang banyak.Perhatikan sabda  Nabi SAW:

مـن ســمــع ســمــع اللـه بــه و مــن يــرا ءي يــرا ءي ا للــه بــه
(روا ه بـخـا رى)
Artinya : "Barang siapa ( berbuat baik ) karena ingin didengan oleh oleh orang lain (sum'ah), maka Allah akan memperdengarkankejelekannya kepada orang lain." (HR. Bukhari) .

Selain itu berbuat riya juga termasuk perbuatan nifak yang mendustai agamanya sendiri. Perhatikan firman Allah SWT :
Artinya: " Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali'. (Q.S. An-Nisa : 142).

3.   Macam-macam tingkatan riya serta aciri-cirinya
Menurut ulama sufi, riya terbagi ke dalam dua macam tingkatan, yaitu riya Syafahi (ucapan) dan riya amali (perbuatan)

a.      Riya Syafahi (ucapan)
Riya syafahi disebut juga sum'ah yaitu sifat yang suka menceritakan amal perbuatan agar didengar oleh orang dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan, sanjungan atau simpati dari orang lain.
Adapun cirri-ciri riya syafahi antara lain :
1)      Bicaranya selalu berlebihan, bahkan tidak rasional
2)      Berbicara sambil member isyarat tertentu, baik dengan tangan, muka atau anggota badan yang lain
3)      Bicara tanpa aturan dan tidak menghiraukan orang lain
4)      Mau berbicara hanya dihadapan orang banyak
5)      Topok bicara selalu cenderung memuji dirinya sendiri
b.   Riya amali (perbuatan)
Riaya amali ialah riya dalam bentuk perbuatan. Riya dalam bentuk ini mencakup segala amal perbuatan manusia yang sengaja diperlihatkan kepada orang lain untuk mendapatkan pujian atau simpati.
Adapun cirri-ciri riya amali antara lian sebagai berikut:
1)      Jika berbuat kebaikan selalu ingin disaksikan orang banyak
2)      Jika waktu berbuat tidak disaksikan orang banyak, kemudian diberitahukannya kepada orang lain di kemudian hari
3)      Selalu menunda amal perbuatan baik, sebelum orang banyak mengetahui perihal perbuatannya
4)      Tampak bermuka masam jika tak mendapat pujian atau sanjungan dari orang lain.



4.     Nilai-nilai Negatif akibat perbuatan  riya.

Sikap perbuatan riya baik yang syafahi (ucapan)  maupun yang amali (perbuatan) dapat mendatangkan nilai-nilai negative dan tercela. Di antara nilai-nilai negative berakhlak riya adalah sebagai bverikut :

a.       Tidak mendapat pahala atas amal dan perbuatan baiknya, meskipun telah banyak berkorban.
b.      Merugi di dunia dan akhirat.
c.       Dibenci banyak orang
d.      Jauh dari rahmat Allah sebab termasuk orang munafik dan mendapat murka Allah


5.     Sikap dan perilaku menghindari riya
Setiap muslim, wajib menghindari riya. Sebaliknya, harus memiliki sikap ikhlas dalam melakukan segala sesuatu, baik yang menjadi tugas kewajibannya sehaari-hari, maupun karena adanya permintaan bantuan dari orang lain.Untuk menghindari riya, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.       Tanamkan dalam diri sikap ikhlas yang senantiasa mengharapkan ridla Allah semata.
b.      Yakinkan dalam hati bahwa berkhlak riya itu tidak menguntungkan, baik bagi dirinya maupun orang lain.
c.       Jangan mengingat-ngingat  apa lagi mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah dilakukan kepada orang lain di masa lalu
d.      Kalau mau berbuat baik, usahakan jangan dihadapan orang lain
e.       Perbanyaklah bersyukur atas anugrah dan karunia Allah SWT. yang diberikan kepada kita.




6.     Terbiasa menghindari riya

Riya merupakan akhlak tercela yang harus dihindari dan dijauhi oleh setiap muslim. Membiasakan diri menghindari sikap riya, memang bukan hal yang mudah. Sebab setiap perbuatan baik tentu penuh dengan godaan dan bisikan setan agar manusia melakukannya tidak ikhlas karena Allah SWT. namun demikian kita harus tetap berusaha menghindari sikap riya tersebut dengan mengenali mbeberapa hal berikut ini :
a.       Yakinkan dalam hati bahwa segala sesuatu yang kita miliki, hakikatnya titipan Allah  SWT.
b.      Jangan berbicara atau bekerja diluar batas kewajaran.
c.       Jangan membicarakan kebaikan diri sendiri, baik yang telah dilakukan maupun yang belum.
d.      Jangan terlalu bangga dengan setiap kelebihan yang dimiliki.
e.       Berdoalah kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan untuk menghindari sikap riya.


B.   NIFAQ.
1.     Pengertian Nifak
Menurut bahasa nifak artinya bohong atau dusta . menurut istilah nifak ialah ucapan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Nifak adalah sifat tercela yang harus dihindari dan dijauhi oleh setiap muslim. Sebab selain dapat membahayakan orang lain, juga dapat merugikan diri sendiri. Sekali orang berbuat nifak maka selamanya akan hidup dalam lingkaran kebohongan.

2.     Dalil aqli dan naqli tentang nifak
Islam melarang umatnya melakukan perbuatan nifaq, baik disengaja maupun hanya sekedar bercanda semata. Perhatikan beberapa sabda Rasulullah SAW. :

ويـل للـذيـن  يـحـد ث ا لـقـو م ثـم يـكـذ ب لـيـضـحـكـهـم
 و يـل لـه و يـل لـه ( رواه أ بـو داود)
Artinya: "celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa (menghiburnya), celaka dia, celaka dia." (H.R. Abu Dawud).

Dalam hadis lain dijelaskan:

مـن قـا ل لـصـبـي : تـعـا ل هـا ك ثـم لـم يـعـطـه فـهـي كـذ بـة
 ( فـهـو كا ذ ب) (ر و ه أ حـمـد)
Artinya : 'Barangsiapa berkata kepada anak kecil, kemari saya beri ini", kemudian tidak member, maka itu bohong (telah berbohong)". (H.R. Ahmad).

3.     Macam-macam tingkatan nifak dan cirri-cirinya
Nifak terbagi kepada tiga tingkatan nifak yaitu :
a.       Nifak ucapan adalah pembicaraan atau ucapan yang tidak sesuai dengan sesungguhnya. Nifak ucapan disebut juga dusta atau bohong
b.      Nifak perbuatan ialah sikap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti atau atau menghiananati orang lain. Orang yang berbuat nifak ini disebut penghianat karena tidak dapat dipercaya
c.       Nifak sikap mental ialah suatu sikap ingkar terhadap apa yang telah disepakatinya.

Ketiga tingkatan nifak tersebut dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW. Berikut ini :

أ يـة ا لمــنا فـق ثـلا ث : إ ذ ا حـد ث كـذ ب و إذا و عــد أ خـلف
 و إ ذ ا ا ءتــمـن خــان (مـتـفـق عـلـيـه)
Artinya: "tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; apabila ia berkata, ia bohong, jika berjanji, ia ingkar, dan manakala dipercaya, ia berlaku curang." (H.R. Bukhari dan Muslim)


Di antara ciri-ciri nifak, baik yang lisan, sikap mental maupun perbuatan ialah sebagai berikut :
a.       Jika bertutur kata selalu berdusta, artinya tidak sesuai dengan kenyataan.
b.      Jika berjanji selalu ingkar, meskipun janji itu dibuatnya sendiri
c.       Jika diberi kepercayaan dalam bentuk apa pun, selalu berkhianat atau lepas dari tanggung jawab

4.          Sikap dan perilaku menghindari nifak
Agar dapat terhindar dari sikap perbuatan nifaq, hendakanya diperhatiakan beberapa hal berikut ini :
a.       Jangan terlalu banyak mengumbar kata-kata apalagi mengatakan hal-hal yang tidak penting
b.      Jangan mudah membuat janji, sebab setiap janji itu harus ditepati sesuai yang telah disepakati.
c.       Tanamkan sikap jiwa tanggung jawab atas apa yang telah menjadi tugas dan kewajibanmu, missal tugas belajar dan bekerja.

5.     Terbiasa menghindari nifaq
Untuk dapat menghindari sikap perbuatan nifaq, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.       Bicaralah sesuai dengan faakta dan kenyataan
b.      Bicaralah seperlunya dan jangan mengumbar kata
c.       Tepatilah setiap janji yang telah dibuat dan disepakati
d.      Jangan mudah membuat janji dengan orang lain
e.       Jagalah setiap amanat yang dititipkan orang lain kepada kita
f.       Sampaikan setiap amanat sesuai dengan yang semestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar