A. RIYA
1. Pengertian Riya
Menurut para ulama Sufi, riya artinya mencari manfaat duniawi dengan cara menampilakan perbuatan ukhrawi
(akhirat) berikut segala hal yang mencerminkan amal tersebut, dan penampilan
itu sengaja dilakukan untuk dilihat orang lain.
Pendapat lain mengatakan bahwa
riya adalah sifat dan kepribadian yang suka menampilkan diri dalam beramal,
agar amal pernbuatannya tersebut dapat dilihat orang dengan maksud ingin mendapat
simpati atau pujian dari orang lain.
2. Dalil aqli dan naqli tentang riya
Selain tercela,sikap perbuatan
riya juga dapat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik bagi pelakunya maupun
orang lain.oleh sebab itu sikap riya harus di hindari dan dijauhi agar tidak menimpa kehidupan
kita.bahaya yang paling besar bagi pelaku riya adalah tidak mendapatkan pahala
atas amal perbuatannya, sebab memang dia tidak mengharapkannya.
Allah SWT berjanji akan
memberikan balasan yang paling buruk bagi pelaku riya, yaitu akan di buka aib
dan kejelekan dirinya di mata orang banyak.Perhatikan sabda Nabi SAW:
مـن ســمــع ســمــع اللـه بــه و مــن يــرا ءي يــرا
ءي ا للــه بــه
(روا ه بـخـا رى)
Artinya
: "Barang siapa ( berbuat baik ) karena ingin didengan oleh oleh orang lain
(sum'ah), maka Allah akan memperdengarkankejelekannya kepada orang lain."
(HR. Bukhari) .
Selain itu berbuat riya juga
termasuk perbuatan nifak yang mendustai agamanya sendiri. Perhatikan firman
Allah SWT :
Artinya:
" Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan
manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali'. (Q.S.
An-Nisa : 142).
3.
Macam-macam
tingkatan riya serta aciri-cirinya
Menurut ulama sufi, riya terbagi
ke dalam dua macam tingkatan, yaitu riya Syafahi (ucapan) dan
riya amali (perbuatan)
a.
Riya
Syafahi (ucapan)
Riya syafahi disebut juga sum'ah yaitu
sifat yang suka menceritakan amal
perbuatan agar didengar oleh orang dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan,
sanjungan atau simpati dari orang lain.
Adapun cirri-ciri riya syafahi
antara lain :
1) Bicaranya selalu berlebihan,
bahkan tidak rasional
2) Berbicara sambil member isyarat
tertentu, baik dengan tangan, muka atau anggota badan yang lain
3) Bicara tanpa aturan dan tidak
menghiraukan orang lain
4) Mau berbicara hanya dihadapan
orang banyak
5) Topok bicara selalu cenderung
memuji dirinya sendiri
b.
Riya
amali (perbuatan)
Riaya
amali ialah riya dalam bentuk perbuatan. Riya dalam
bentuk ini mencakup segala amal perbuatan manusia yang sengaja diperlihatkan
kepada orang lain untuk mendapatkan pujian atau simpati.
Adapun cirri-ciri riya amali
antara lian sebagai berikut:
1) Jika berbuat kebaikan selalu
ingin disaksikan orang banyak
2) Jika waktu berbuat tidak
disaksikan orang banyak, kemudian diberitahukannya kepada orang lain di
kemudian hari
3) Selalu menunda amal perbuatan
baik, sebelum orang banyak mengetahui perihal perbuatannya
4) Tampak bermuka masam jika tak
mendapat pujian atau sanjungan dari orang lain.
4. Nilai-nilai
Negatif akibat perbuatan riya.
Sikap perbuatan riya baik yang
syafahi (ucapan) maupun yang amali
(perbuatan) dapat mendatangkan nilai-nilai negative dan tercela. Di antara
nilai-nilai negative berakhlak riya adalah sebagai bverikut :
a. Tidak mendapat pahala atas amal
dan perbuatan baiknya, meskipun telah banyak berkorban.
b. Merugi di dunia dan akhirat.
c. Dibenci banyak orang
d. Jauh dari rahmat Allah sebab
termasuk orang munafik dan mendapat murka Allah
5. Sikap
dan perilaku menghindari riya
Setiap muslim, wajib menghindari
riya. Sebaliknya, harus memiliki sikap ikhlas dalam melakukan segala sesuatu,
baik yang menjadi tugas kewajibannya sehaari-hari, maupun karena adanya permintaan
bantuan dari orang lain.Untuk menghindari riya, hendaknya diperhatikan beberapa
hal berikut ini :
a. Tanamkan dalam diri sikap ikhlas
yang senantiasa mengharapkan ridla Allah semata.
b. Yakinkan dalam hati bahwa
berkhlak riya itu tidak menguntungkan, baik bagi dirinya maupun orang lain.
c. Jangan mengingat-ngingat apa lagi mengungkit-ungkit kebaikan yang
pernah dilakukan kepada orang lain di masa lalu
d. Kalau mau berbuat baik, usahakan
jangan dihadapan orang lain
e. Perbanyaklah bersyukur atas
anugrah dan karunia Allah SWT. yang diberikan kepada kita.
6. Terbiasa
menghindari riya
Riya merupakan akhlak tercela
yang harus dihindari dan dijauhi oleh setiap muslim. Membiasakan diri
menghindari sikap riya, memang bukan hal yang mudah. Sebab setiap perbuatan
baik tentu penuh dengan godaan dan bisikan setan agar manusia melakukannya
tidak ikhlas karena Allah SWT. namun demikian kita harus tetap berusaha
menghindari sikap riya tersebut dengan mengenali mbeberapa hal berikut ini :
a. Yakinkan dalam hati bahwa segala
sesuatu yang kita miliki, hakikatnya titipan Allah SWT.
b. Jangan berbicara atau bekerja
diluar batas kewajaran.
c. Jangan membicarakan kebaikan diri
sendiri, baik yang telah dilakukan maupun yang belum.
d. Jangan terlalu bangga dengan
setiap kelebihan yang dimiliki.
e. Berdoalah kepada Allah SWT. agar
diberi kekuatan untuk menghindari sikap riya.
B.
NIFAQ.
1.
Pengertian Nifak
Menurut bahasa nifak
artinya bohong atau dusta . menurut istilah nifak ialah
ucapan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Nifak adalah sifat tercela yang
harus dihindari dan dijauhi oleh setiap muslim. Sebab selain dapat membahayakan
orang lain, juga dapat merugikan diri sendiri. Sekali orang berbuat nifak maka
selamanya akan hidup dalam lingkaran kebohongan.
2.
Dalil aqli dan naqli tentang
nifak
Islam melarang umatnya melakukan
perbuatan nifaq, baik disengaja maupun hanya sekedar bercanda semata.
Perhatikan beberapa sabda Rasulullah SAW. :
ويـل
للـذيـن يـحـد ث ا لـقـو م ثـم يـكـذ ب
لـيـضـحـكـهـم
و يـل لـه و يـل لـه ( رواه أ بـو داود)
Artinya:
"celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong
dengan maksud agar mereka tertawa (menghiburnya), celaka dia, celaka dia."
(H.R. Abu Dawud).
Dalam hadis lain dijelaskan:
مـن قـا ل لـصـبـي :
تـعـا ل هـا ك ثـم لـم يـعـطـه فـهـي كـذ بـة
( فـهـو كا ذ ب) (ر و ه أ حـمـد)
Artinya
: 'Barangsiapa berkata kepada anak kecil, kemari saya beri ini", kemudian
tidak member, maka itu bohong (telah berbohong)". (H.R. Ahmad).
3.
Macam-macam tingkatan nifak dan cirri-cirinya
Nifak terbagi kepada tiga
tingkatan nifak yaitu :
a. Nifak ucapan adalah pembicaraan
atau ucapan yang tidak sesuai dengan sesungguhnya. Nifak ucapan disebut juga dusta
atau bohong
b. Nifak perbuatan ialah sikap
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti atau atau menghiananati
orang lain. Orang yang berbuat nifak ini disebut penghianat
karena tidak dapat dipercaya
c. Nifak sikap mental ialah suatu
sikap ingkar terhadap apa yang telah disepakatinya.
Ketiga
tingkatan nifak tersebut dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW. Berikut ini :
أ يـة ا لمــنا فـق ثـلا ث
: إ ذ ا حـد ث
كـذ ب و إذا و عــد أ خـلف
و إ ذ ا ا
ءتــمـن
خــان (مـتـفـق عـلـيـه)
Artinya: "tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; apabila ia berkata, ia
bohong, jika berjanji, ia ingkar, dan manakala dipercaya, ia berlaku
curang." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Di antara ciri-ciri nifak, baik
yang lisan, sikap mental maupun perbuatan ialah sebagai berikut :
a. Jika bertutur kata selalu
berdusta, artinya tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Jika berjanji selalu ingkar,
meskipun janji itu dibuatnya sendiri
c. Jika diberi kepercayaan dalam
bentuk apa pun, selalu berkhianat atau lepas dari tanggung jawab
4.
Sikap dan perilaku menghindari
nifak
Agar dapat terhindar dari sikap
perbuatan nifaq, hendakanya diperhatiakan beberapa hal berikut ini :
a. Jangan terlalu banyak mengumbar
kata-kata apalagi mengatakan hal-hal yang tidak penting
b. Jangan mudah membuat janji, sebab
setiap janji itu harus ditepati sesuai yang telah disepakati.
c. Tanamkan sikap jiwa tanggung
jawab atas apa yang telah menjadi tugas dan kewajibanmu, missal tugas belajar
dan bekerja.
5.
Terbiasa menghindari nifaq
Untuk dapat menghindari sikap
perbuatan nifaq, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Bicaralah sesuai dengan faakta
dan kenyataan
b. Bicaralah seperlunya dan jangan
mengumbar kata
c. Tepatilah setiap janji yang telah
dibuat dan disepakati
d. Jangan mudah membuat janji dengan
orang lain
e. Jagalah setiap amanat yang
dititipkan orang lain kepada kita
f. Sampaikan setiap amanat sesuai
dengan yang semestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar