A. SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH YANG NAFSIYAH, SALBIYAH, MA’ANI DAN MA’NAWIYAH
1. Klasifikasi sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah
a.
Sifat-sifat wajib bagi Allah
Para ulama Tauhid membagi
sifat-sifat wajib bagi Allah menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut :
1. Sifat
Nafsiyah, yaitu
sifat yang berhubungan dengan sifat Allah. Sifat ini hanya satu yAitu wujud.
2. Sifat
Salbiyah, yaitu
sifat yang dapat meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat yang wajib
bagi Allah SWT. Sifat ini yaitu :
·
Qidam
·
Baqa
·
Mukhalafatu lilhawadisi
·
Qiyamuhu binafsihi
·
Wahdaniyat
3. Sifat
ma'ani, yaitu
sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan-Nya. Sifat-sifat
ini yaitu :
a. Qudrat e. Sama
b. Iradat f. basar
c. Ilmu g. kalam
d. Hayat
4. Sifat
ma'nawiyah, yaitu
sifat-sifat yang berihubungan dengan sifat ma'ani, atau merupakan kelanjutan
dari sifat ma'ani. Sifat ini yaitu :
a. Qadiran e. Basiran
b. Muridan f. Sami'an
c. 'aliman g. Mutakaliman
d. Hayan
b.
Sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah
meliputi :
1. 'adam 11. Samamun
2. Hudus 12. 'umyun
3. Fana 13. Bukmun
4. Mumasilah
lilhawadisi 14. 'ajizan
5. Ihtiyajuhu
ligairihi 15. Mukrahan
6. Ta'adud 16. Jahilan
7. Azjun 17. Mayitan
8. Karahatun 18. Asammu
9. Jahlun 19. A'ma
10. Mautun 20. Abkamu
B. SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH SWT.
1. Makna sifat wajib Allah yang nafsiyah dan salbiyah
a. Makna
sifat nafsiyah.
Sifat nafsiyah ialah sifat yang
wajib dimiliki oleh Allah swt. Sifat ini berhubungan langsung dengan zat Allah,
dan jika sifat nafsiyah ini tidak ada pada zat Allah maka akan hilanglah
martabat dan kedudukan Allah sebagai Tuhan. Oleh karena itu sifat Nafsiyah
wajib melekat dan menyatu dengan zat-Nya.
Sifat nafsiyah yang wajib bagi
Allah hanya ada satu, yaitu ; wujud yang artinya ada.
Makna yang terkandung dalam sifat wujud itu ialah hakikat keberadaan Allah
SWT. tidak tergantung kepada keberadaan
yang lain. Artinya, Allah SWT. ada dengan sendirinya, dan tidak ada yang
menciptakan-Nya. Oleh karena itu keberadaan Allah merupakan suatu kewajiban
bagi-Nya, sebagai bukti bahwa Dia adalah sang pencipta jagat raya dan segala
isinya.
b. Makna
sifat salbiyah
Sifat salbiyah ialah sifat yang
dapat meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat yang wajib bagi Allah
SWT. Artinya, dengan sifat-sifat salbiyah ini, Allah SWT. menunjukkan identitas
ketuhanan-Nya, dan dapat dibedakan dari sifat-sifat yang dimilkiki oleh
makhluk-Nya.
Misalnya sifat Qidam yang berarti terdahulu
dapat diartikan bahwa sebelum adanya segala sesuatu, yang ada hanya Allah SWT.
Dia-lah yang paling dahulu ada sebelum yang lain ada sebagai makhluk-Nya. tidak
ada sesuatu apapun yang lebih dulu ada daripada adanya Allah semata.
Demikian halnya dengan difat Baqa, yang berarti Maha Kekal,
mengandung makna bahwa hanya Allah-lah yang tidak akan rusak atau binasa,
sedangkan makhluk-Nya tidak ada yang abadi dan kekal sebagaimana keabadian
zat-Nya.
Begitu pula sifat salbiyah yang
lain, juga wajib dimiliki oleh Allah SWT, seperti sifat mukkhalafatu
lilhawadisi, qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyat. Ketiga sifat ini
mengandung makna bahwa sangat berbeda dengan makhluk-Nya. perbedaan itu mutlak
harus dimiliki oleh Allah SWT.agar dapat memlihara identitas ketuhanan-Nya.
Sebab jika tidak berbeda dengan makhluk-Nya, berarti Allah memiliki kekurangan dan kelemahan, dan itu
mustahil bagi-Nya.
2. Dalil-dalil aqli dan naqli tentang sifat-sifat wajib bagi Allah yang nafsiyah dan salbiyah.
a.
Dalil sifat nafsiyah
Wujud artinya ada. Maksudnya,
Allah SWT.itu ada, sedangkan keberadaannya tidak karena ada yang menciptakan.
Adanya manusia dan alam semesta beserta segala isinya merupakan bukti nyata
bahwa Allah SWT.itu ada, dan Dia-lah sebagai penciptanya. Allah SWT. berfirma:
Arinya
: "Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. Tidak ada
bagi kamu selain daripada-Nya seorang pun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan". (Q.S. As-Sajdah: 4).
b. Dalil
sifat-sifat salbiyah
1. Qidam
Qidam artinya terdahulu, sebagai
pencipta tentu saja harus ada lebih dahulu daripada makhluk ciptaan-Nya.
akal sehat kita mengatakan bahwa tidak mungkin senuah meja lebih dulu ada dari
pada pembuatnya, yaitu manusia. Sebab meja adalah ciptaan atau hasil karya
manusia. Begitu pula dengan Allah SWT. sebagai pencipta alam semesta dengan
segala isinya, pasti lebih dahulu ada, sebelum mukhluk ciptaan-Nya. hal itulah
yang mustahil terjadi pada zat Allah SWT.
perhatikan firman Allah SWT :
"Dialah yang awal dan yang akhir, yang
zahir dan yang batin, dan dia mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Hadid :
3)
2.
Baqa
Baqa
artinya kekal. Allah SWT.
Maha Kekal dan Maha Abadi. Berbeda dengan makhluk-Nya, yang hidupnya berjalan
menuju kematian dan kebinasaan. Perkembangan manusia dan makhluk hidup lainnya,
bermula dari kelahiran kemudian menjadi seorang anak, berkembang menjadi
dewasa, dan akhirnya menjadi tua, lalu mati. Semua proses dan kejadian itu
merupakan hokum alam atau sunatullah, yang menunjukkan bahwa tidak ada yang
abadi selain Allah, dan hanya Dialah yang Maha Kekal. Perhatikan Firman Allah
SWT :
Artinya:
"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala
penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (QS. Al-Qasas : 88)
3. Mukhalafatu
Lilhawadisi
Mukhalafatu
Lilhawadisi
artinya berbeda dengan makhluk-Nya. Maksudnya, sebagai pencipta alam
semesta dan segala isinya, Allah SWT. pasti berbeda dengan mkhluk ciptaan-Nya
tersebut, baik sifat maupun zat-Nya.
Akal sehat manusia akan
mengatakan bahwa Allah sebagai pencipta tidak akan sama dengan hasil
ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam semesta ini. Pasti Dia berbeda dengan
suma makhluk-Nya, baik sifat maupun zat-Nya.
Firman
Allah SWT :
Artinya
: "(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu apa pun
yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengan lagi Maha Melihat".
(Q.S. As-Syura : 11)
4. Qiyamuhu
Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri
sendiri. Maksudnya, Allah SWT. tidak memiliki sifat ketergantungan dengan
suatu apa pun. Dia tidak membutuhkan suatu
apa pun dari pihak lain karena Allah Maha Berdiri Sndiri. Berbeda dengan
makhluk-Nya yang hidup di alam semesta ini, setiap makhluk memiliki
ketergantungan kepada orang atau pihak lain dalam melangsungkan hidupnya.
Sebaliknya Allah SWT. tidak
membutuhkan suatu apa pun dari pihak lain, termasuk juga dari manusia. Dia Maha
Kaya dan Maha Berdiri Sendiri.
Perhatikan Firman Allah SWT :
Artinya
: "Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaa-Nya apa yang di langit dan di bumi" (Q.S. Al-Bqarah :
255).
5.
Wahdaniyat
Wahdaniyat artinya esa atau tunggal. Maksudnya, Allah SWT.
itu Maha Esa, baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya. Tidak mungkin ada dua Tuhan Selain Allah. Sebab jika ada
dua Tuhan atau lebih maka dapat dibayangkan betapa dahsyat malapetaka yang akan
menimpa manusia dan alam semesta ini, ketika terjadi silang sengketa di antara
sesama Tuhan.
Sebagai bukti keesaan Allah, baik
dalam sifat, zat maupun perbuatan-Nya yaitu terjadinya keselarasan dan
keseimbangan di jagat raya ini, bintang, bumi dan sebagainya masih berjalan
sesuai orbitnya masing-masing. Semua itu menunjukkan bahwa Allah SWT. Maha Esa
dan tiada sekutu bagi-Nya.
Firman
Allah SWT :
Artinyta
: "Katakanlah, Dialah Allah yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia". (Q.S. Al-Ikhlas : 1-4)
3. Bukti Sifat Wajib Bagi Allah yang Nafsiyah dan Salbiyah
a. Bukti
sifat-sifat wajib Bagi Allah yang nafsiyah
Sifat Nafsiyah adalah Wujud, artinya ada. Sifat ini dapat
dibuktikan dengan akal sehat manusia, sepanjang manusia mau beriman kepada
Allah SWT. dan mau menggunakan akal budinya untuk berpikir dan merenungi wujud
alam semesta sebagai ciptaan Allah.
Oleh karena itu, modal dasar
manusia untuk dapat membuktikan bahwa Allah itu ada yaitu akal sehat dan
keimanan yang kuat. Dengan akal budi manusia dapat memperhatikan bagaimana
matahari dan bulan datang silih berganti, yang membuat siang dan malam saling
bergantian. Firman Allah SWT :
Artinya : "Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya’. (Q.S. Yasin 40).
b. Bukti
Sifat Salbiyah
1. Sifat
Qidam
Qidam artinya terdahulu. Untuk
membuktikan sifat ini, hendaknya manusia menggunakan akal budinya. Sebab
hanya dengan akal budi dan keimananlah, manusia akan meyakini kebenaran sifat Allah
tersebut. Akal sehat manusia akan mengatakan bahwa setiap sesuatu pasti ada
penciptanya, dan penciptanya itu pasti lebih dulu ada dari pada sesuatu yang
diciptakannya itu.
2. Sifat
Baqa
Untuk memmmbuktikan sifat baqa
(Maha Kekal)-nya Allah SWT. hendaknya diperhatikan segala kejadian yang dapat
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Akal sehat manusia akan mengatakan
bahwa segala yang ada dijagat raya tidak ada yang kekal dan abadi sebab yang
kekal hanyalah Allah SWT. Dia tidak akan using oleh waktu dan tidak akan lapuk
oleh masa, keberadaan-Nya tidak bermula dan tidak juga berakhir.
Salah satu Bukti kekekalan (sifat
Baqa) Allah SWT. adalah
tetap teraturnya peredaran bulan dan matahari, pergantian siang dan malam,
datangnya musim hujan dan kemarau secara teratur dan sebagainya.
3. Sifat
Mukhalafatu Lilhawadisi
Allah berbeda dengan semua yang
baru. Allah Mendengar, Allah Melihat dan Allah Mengetahui semua yang tampak dan
tersembunyi. Namun pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan pengetahuan-Nya Maha
Kekal, tidak akan pernah rusak atau binasa . berbeda dengan pendengaran manusia
yang dapat rusak karena tuli, penglihatannya dapat sirna karena buta,
pengetahuannya dapat hilang karena lupa.
4.
Sifat Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi artinya dapat
berdiri sendiri dan tidak membutuhkan bantuan orang atau pihak lain. Untuk
dapat membuktikan bahwa Allah itu Maha berdiri sendiri adalah terciptanya
langit dan bumi serta seluruh jagat raya ini tanpa bantuan orang atau pihak
lain. Allah tidak memerlukan suatu apapun dari pihak manapun, termasuk dalam
menciptakan alam semesta ini.
Dengan kekuasaan-Nya , Allah
menciptakan langit menggantung tanpa tiang, bumi menghampar tak berbatas, angin
bertiup tiada berhenti, lautan tak pernah mongering. Semua itu diciptakan-Nya
tanpa bantuan siapa pun dari pihak mana pun. Hal itu semua agar manusia
merenungi dan memikirkan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Sebagaimana Firman
Allah berikut ini :
Artinya
: "Maka apakan mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan ? Dan
langit bagaimana ditinggikan ? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditrgakkan? Dan
bumi bagaimana ia dihamparkan. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. Kamu bukanlah orang yang
berkuasa atas mereka." (Q.S. Al-Ghasyiyah: 17-22)
5. Sifat
wahdaniyat.
Sifat wahdaniyat artinya Esa atau Tunggal, Allah SWT itu Maha Esa, baik
zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. oleh karena itu, tidak ada ciptaan-Nya yang
ridak teratur dan tak seimbang. Jika Allah tidak esa atau bersekutu maka akan
terjadi bentrokan keinginan di antara mereka, yang dapat merugikan kehidupan
alam semesta. Sebab semua komponen alam akan berjalan tanpa aturan, tidak
seimbang dan tidak sesuai orbitnya masing-masing.
Perhatikan
Firman Allah SWT :
Artinya
: "Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan, tuhan selain Allah,
tentunlah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang telah mempunyai
arasy daripada apa yang mereka sifatkan." (Q.S. Al-Anbiya: 22).
4. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Wajib Allah Yang Nafsiyah Dan Salbiyah
Ciri-ciri orang yang beriman
kepada sifat-sifat Allah yang dapat dikenali dalam kehidupan sehari-hari antara
lain :
a. Mampu
menjaga diri dari perbuatan maksiat dan mungkar.
b. Selalu
berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
c. Memiliki
sikap kreatif dan inovatif dalam kehidupan sehari-hari.
d. Memiliki
sikap kemandirian yang kuat.
5. Sikap Dan Perilaku Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Wajib Allah Yang Nafsiah Dan Salbiyah
Sikap perilaku yang tampak dari
orang-orang yang beriman terhadap sifat yang wajib bagi Allah yang nafsiyah dan
salbiyah antara lain sebagai berikut:
a. Sikap jujur
b. Bersikap
amanah dan bertanggung jawab
c. Bersikap
rajin belajar dan ulet bekerja.
6. Terbiasa bersikap dan berperilaku sebagai orang yang beriman kepada sifat-sifat wajib yang nafsiyah dan salbiyah.
Untuk membiasakan diri
berperilaku sebagai orang yang beriman, hendaknya diperhatikan beberapa hal
berikut ini :
a.
Yakinkan dalam hati bahwa beriman kepada Allah SWT.
dengan segala sifat-sifat-Nya adalah wajib bagi setiap muslim.
b.
Fahami dan hayati makna yang terkandung di dalam
setiap sifat-sifat Allah SWT. sehingga kita dapat menemukan hakikat dan tujuan
utama beriman kepada-Nya.
c.
Mulaialah sejak saat ini untuk membiasakan diri
bersikap dan berperilaku sebagai muslim yang beriman, yakni bersikap mulia dan
berperilaku terpuji.
d.
Mulailah secara bertahap dengan memilih sikap dan
berperliaku yang termudah untuk diamalkan.
e.
Berdoalah kepada Allah SWT. agar senantiasa diberi
kekuatan, petunjuk dan bimbingan agar dapat menjalankan segala ajaran-Nya, baik
di waktu senang maupun di waktu susah.
C.SIFAT-SIFAT MUSTAHIL ALLAH SWT.
1. Pengertian
sifat-sifat mustahil Allah SWT.
a. Sifat
Adam
Adam artinya tidak ada, maksudnya
mustahil Allah tidak ada. Sebab bukti keberadaan Allah itu sudah nyata, yakni
adanya alam semesta ini pasti ada yang menciptakannya.
b. Sifat
hudus
Maksudnya mustahil Allah memiliki sifat hudus (baru),
sebab yang bersifat baru itu hanyalah makhluk, dan yang baru itu pasti rusak.
Jika Allah SWT. baru, artinya dia akan rudak dan binasa, dan hal itu mustahil
bagi-Nya.
c. Sifat
fana
Maksudnya mustahil Allah rusak
karena Allah tidak memiliki sifat baru maka tidak mungkin Allah SWT. itu rusak
dan binasa, sebagaimana rusak dan binasanya makhluk ciptaan-Nya oleh perjalanan
waktu.
d. Mumasalah
lilhawadisi
Maksudnya Allah SWT itu mustahil sama
dengan makhluk-Nya. sebab Dia adalah
khalik dan manusia beserta alam semesta
ini adalah makhluk yang diciptakan-Nya. jadi tidak mungkin pencipta dan yang
diciptakannya itu memiliki kesamaan, baik zat, sifat maupun perbuatannya.
e. Ihtiyajuhu
ligairihi
Maksudnya, tidak mungkin Allah SWT. itu memiliki sifat
ketergantungan kepada yang lain. Sebab Dia Maha Kaya dan Maha Kuasa, sehingga
tidak membutuhkan bantuan dan pertolongan dari yang lain. Berbeda dengan
manusia dan makhluk lainnya, yang tidak akan dapat melangsungkan kehidupannya
tanpa bantuan yang lain.
f. Ta'adud
Maksudnya, mustahil Allah SWT. berbilang dan tidak
tunggal atau lebih dari satu. Sebab jika Allah lebih dari satu maka akan
terjadi silang sengketa diantara sesame Tuhan untuk mempertahankan kehendaknya masing-masing.
2. Dalil-dalil
aqli dan naqli tentang sifat-sifat mustahil Allah
a. 'Adam
'Adam artinya tidak ada,
maksudnya mustahil Allah tidak ada sebab akal manusia akan mengatakan bahwa
alam semesta ini tidak mungkin ada dengan sendirinya, tanpa ada yang
menciptakannya. Oleh sebab itu pencipta alam semesta ini beserta segala isinya
pasti zat Allah SWT. perhatikan firman Allah SWT :
Artinya
: "Dan Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakan kamu di bumi ini, dan kepada-Nya lah kamu akan dihimpun.
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia lah yang (mengatur)
pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya". (Q.S.
Al-Mukminun : 79-80).
b. Hudus
Mustahil
Allah bersifat baru, sebab yang baru itu pasti ada yang menciptakannya. Jika
Allah itu baru maka siapakah yang menciptakan Allah. Mustahil Allah bersifat
baru sebab yang baru pasti ada permulaannya dan ada pula akhirnya, sedangkan
Allah SWT. tidak mungkin didahului
adanya oleh suatu apa pun, dan begitu pula tidak mungkin ada yang lebih akhir
dari pada-Nya. Firman Allah SWT :
Artinya
: "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir day Yang Batin. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. Al- Hadid : 3).
c. Fana
Mustahil Allah binasa, akal manusia
tidak dapat menerima jika Allah SWT. yang mengendalikan jalannya roda kehidupan
alam semesta ini bias rusak atau mati. Sebab jika Allah bias rusak atau binasa
maka siapakah yang dapat mengendalikan jalannya kehidupan jaga raya ini. Oleh
sebab itu, mustahil Allah memiliki sifat fana, sebagaimana firman-Nya :
Artinya
: "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah SWT." (Q.S. Al-Qasas
: 88)
d. Mumasalah
lilhawadisi
Artinya memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya. Mustahil Allah sebagai
pencipta alamsemesta memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya. sebab akal sehat
manusia akan mengatakan bahwa buku, bolpoin, mobil, yang diciptakan manusia,
tidak sama dengan pembuatnya. Apalagi Allah SWT. sebagai pencipta alam semesta
ini, tentu tidak akan sama atau serupa dengan makhluk-Nya. Allah maha Sempurna,
sedangkan makhluk serba kekurangan.
Firman
Allah SWT :
Artinya
: "Tiada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang MAha
Mendengar lagi Maha Melihat." (Q.S. As-Syura : 11).
e. Ihtiyajuhu
Ligairihi
Artinya Mustahil Allah
membutuhkan sesuatu berupa bantuan dan pertolongan dari pihak lain. Sebab yang
membutuhkan bantuan orang lain adalah orang yang lemah dan penuh kekurangan,
sedangkan Allah telah menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya tanpa
bantuan yang lain. Dengan demikian mustahil Allah membutuhkan bantuan dari yang
lain, sebab Dia Maha Kaya dan Maha Perkasa. Allah SWT. berfirman :
Artinya
: "Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah ; dan Allah Dia-lah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki,
niscaya dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk
menggantikan kamu). Dia yang demikian itu, sekali kali tidak sulit bagi
Allah." (Q.S. Fatir : 15-17).
f. Ta'adud
Mustahil Allah SWT. sebagai Tuhan
pencipta dan pengatur alam semesta ini lebih dari satu atau berbilang. Sebab
jika Allah lebih dari satu maka suatu saat akan terjadi perdebatan hebat di
antara mereka. Allah SWT. berfirman :
Artinya : " Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan;
"Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga". Padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhal disemabah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakana itu, pasti orang-orang yang kafir
di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih" (Q.S. Al-Maidah:
73).
D. Sifat jaiz Bagi Allah
a.
Pengertian dan
Identifikasi sifat jaiz bagi Allah
Menurut
bahsa, jaiz artinya boleh. Adapun menurut istilah ilmu
tauhid, sifat jaiz bagi Allah adalah
sifat yang boleh ada dan boleh juga tidak ada bagi-Nya. Artinya, sifat tersebut
tidak menuntut pasti ada atau wajib ada pada Allah, dan tidak pula menuntut
harus tidak ada pada-Nya, melainkan merupakan suatu kebebasan bagi allah dengan
kehendaknya sendiri, tanpa ada yang berhak untuk memaksanya, baik mengadakan
maupun meniadakan sifat tersebut.
Adapun
sifat jaiz bagi Allah hanya ada satu, yaitu :
فــعــل كـل مـمـكـن أو تـر كــه
Artinya : "Memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak melakukannya".
b.
Dalil aqli dan
naqli sifat jaiz bagi Allah
Allah
SWT. memiliki kebebasan dalam berbuat dan berkehendak. Tidak ada kewajiban atau
larangan bagi-Nya dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu jika Allah
merasa berkewajiban untuk berbuat sesuatu, berarti memiliki kekurangan dan
membutuhkan kesempurnaan. Jadi artinya Allah SWt. tidak sempurna karena
membutuhkan makhluk-Nya. Hal tersebut mustahil bagi Allah, sebab Dia telah
menjadi Tuhan dan tetap menjadi Tuhan tanpa ada kaitannya dengan makhluk yang
diciptakan-Nya.
Oleh
sebab itu, Allah SWT. bebas berkehendak dan berbuat sesuatu sesuai dengan
keinginan-Nya. Perhatikan firman Allah SWT:
Artinya: “Katakanlah:
"Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran : 26)
4. Ciri-ciri orang yang beriman terhadap
sifat-sifat mustahil Allah
Orang-orang yang beriman terhadap
sifat-sifat mustahil Allah dengan baik dan benar, akan tercermin dari sikap
perilakunya yang terpuji, di antaranya sebagai berikut :
a.
Senantiasa taat kepada perintah-perintah Allah dan
berupaya menghindari larangan-Nya.
b.
Pandai bersyukur ketika mendapat nikmat dan
karunia-Nya, dan senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah
dari-Nya.
c.
Berjiwa besar dan pemaaf.
d.
Peduli terhadap sesame dan alam lingkungannya.
e.
Sikap dan perilaku orang yang beriman terhadap sifat
mustahil Allah SWT.
5. Sikap dan perilaku orang yang beriman
terhadap sifat mustahil Allah SWT.
Sikap perilaku mulia yang dapat
mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan, baik bagi dirinya, orang lain maupun
alam lingkungannya antara lain sebagai berikut :
a. Sikap adil
dan bijaksana
b. Bersikap
tabah dan teguh pendirian
c. Bersikap
tawadu' dan tasamuh
d. Bersikap
mawas diri dan teliti
6.
Membiasakan
diri bersikap dan berperilaku sebagai orang yang beriman terhadap sifat
mustahil Allah SWT.
Sebagaimana telah disebutkan
diatas tentang cirri-ciri sikap dan perilaku orang yang beriman, hendaknya
setiap muslim mulai mengamalkan dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun untuk dapat mengamalkan berbagai sikap perilaku terpuji tersebut,
hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.
Yakinkan dalam hati bahwa Allah tidak mungkin
memiliki sifat-sifat yang mustahil bagi-Nya. sebab sifat-sifat itu tidak pantas
disandang oleh Allah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Makhluk-Nya.
b.
Pahami dan hayati makna yang terkandung dalam setiap
sifat yang mustahil bagi Allah tersebut, secara baik dan benar.
c.
Mulailah membiasakan diri dengan besikap perilaku
terpuji sesuai makna yang terkandung
dalam sifat-sifat mustahil Allah tersebut.
d.
Jika masih terasa berat merubah semua sikap dan
perilaku secara keseluruhan agar sesuai dengan akhlak terpuji maka biasakanlah
merubahnya sedikit-demi sedikit.
e.
Tetaplah berpegang teguh pada pendirianmu, yakni
membiasakan diri merubah sikap perilaku yang buruk menjadi sikap perilaku yang
terpuji, sehingga tidak tergoyah oleh setiap godaan dan rintangan yang
menghadang.
f.
Hendaknya menjaga diri dari pergaulan yang sesat dan
tidak sesuai dengan norma-norma agama dan social. Sebab pergaulan yang demikian
itu, dapat membentuk sikap perilaku buruk dan bejat.
g.
Berdoalah kepada Allah SWT. untuk mendapatkan
bimbingan dan kekuatan dalam membiasakan diri bersikap perilaku sebagai orang
yang beriman kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar