Sabtu, 12 November 2016

Iman Kepada Allah



A.    SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH YANG NAFSIYAH, SALBIYAH, MA’ANI DAN MA’NAWIYAH

1.        Klasifikasi sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah

a.      Sifat-sifat wajib bagi Allah
Para ulama Tauhid membagi sifat-sifat wajib bagi Allah menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut :
1.      Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan sifat Allah. Sifat ini hanya satu yAitu wujud.
2.      Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang dapat meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat yang wajib bagi Allah SWT. Sifat ini yaitu :
·         Qidam
·         Baqa
·         Mukhalafatu lilhawadisi
·         Qiyamuhu binafsihi
·         Wahdaniyat
3.      Sifat ma'ani, yaitu sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan-Nya. Sifat-sifat ini yaitu :
a.       Qudrat                       e. Sama
b.      Iradat                                     f. basar
c.       Ilmu                           g. kalam
d.      Hayat
4.      Sifat ma'nawiyah, yaitu sifat-sifat yang berihubungan dengan sifat ma'ani, atau merupakan kelanjutan dari sifat ma'ani. Sifat ini yaitu :
a.       Qadiran                     e. Basiran
b.      Muridan                    f. Sami'an
c.       'aliman                       g. Mutakaliman
d.      Hayan
b.      Sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah meliputi :
1.      'adam                                  11. Samamun
2.      Hudus                                12. 'umyun
3.      Fana                                   13. Bukmun
4.      Mumasilah lilhawadisi       14. 'ajizan
5.      Ihtiyajuhu ligairihi              15. Mukrahan
6.      Ta'adud                              16. Jahilan                              
7.      Azjun                                 17. Mayitan                            
8.      Karahatun                          18. Asammu
9.      Jahlun                                 19. A'ma
10.  Mautun                               20. Abkamu


B.     SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH SWT.

1.      Makna sifat wajib Allah yang nafsiyah dan salbiyah

a.      Makna sifat nafsiyah.
Sifat nafsiyah ialah sifat yang wajib dimiliki oleh Allah swt. Sifat ini berhubungan langsung dengan zat Allah, dan jika sifat nafsiyah ini tidak ada pada zat Allah maka akan hilanglah martabat dan kedudukan Allah sebagai Tuhan. Oleh karena itu sifat Nafsiyah wajib melekat dan menyatu dengan zat-Nya.
Sifat nafsiyah yang wajib bagi Allah hanya ada satu, yaitu ; wujud yang artinya ada. Makna yang terkandung dalam sifat wujud itu ialah hakikat keberadaan Allah SWT.  tidak tergantung kepada keberadaan yang lain. Artinya, Allah SWT. ada dengan sendirinya, dan tidak ada yang menciptakan-Nya. Oleh karena itu keberadaan Allah merupakan suatu kewajiban bagi-Nya, sebagai bukti bahwa Dia adalah sang pencipta jagat raya dan segala isinya.

b.      Makna sifat salbiyah
Sifat salbiyah ialah sifat yang dapat meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat yang wajib bagi Allah SWT. Artinya, dengan sifat-sifat salbiyah ini, Allah SWT. menunjukkan identitas ketuhanan-Nya, dan dapat dibedakan dari sifat-sifat yang dimilkiki oleh makhluk-Nya.
Misalnya  sifat Qidam yang berarti terdahulu dapat diartikan bahwa sebelum adanya segala sesuatu, yang ada hanya Allah SWT. Dia-lah yang paling dahulu ada sebelum yang lain ada sebagai makhluk-Nya. tidak ada sesuatu apapun yang lebih dulu ada daripada adanya Allah semata.
Demikian halnya dengan difat Baqa,  yang berarti Maha Kekal, mengandung makna bahwa hanya Allah-lah yang tidak akan rusak atau binasa, sedangkan makhluk-Nya tidak ada yang abadi dan kekal sebagaimana keabadian zat-Nya.
Begitu pula sifat salbiyah yang lain, juga wajib dimiliki oleh Allah SWT, seperti sifat mukkhalafatu lilhawadisi, qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyat. Ketiga sifat ini mengandung makna bahwa sangat berbeda dengan makhluk-Nya. perbedaan itu mutlak harus dimiliki oleh Allah SWT.agar dapat memlihara identitas ketuhanan-Nya. Sebab jika tidak berbeda dengan makhluk-Nya, berarti Allah  memiliki kekurangan dan kelemahan, dan itu mustahil bagi-Nya.

2.      Dalil-dalil aqli dan naqli tentang sifat-sifat wajib bagi Allah yang nafsiyah dan salbiyah.

a.      Dalil sifat nafsiyah

Wujud artinya ada. Maksudnya, Allah SWT.itu ada, sedangkan keberadaannya tidak karena ada yang menciptakan. Adanya manusia dan alam semesta beserta segala isinya merupakan bukti nyata bahwa Allah SWT.itu ada, dan Dia-lah sebagai penciptanya. Allah SWT. berfirma:

Arinya : "Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan". (Q.S. As-Sajdah: 4).

b.      Dalil sifat-sifat salbiyah 
1.      Qidam
Qidam artinya terdahulu, sebagai pencipta tentu saja harus ada lebih dahulu daripada makhluk ciptaan-Nya. akal sehat kita mengatakan bahwa tidak mungkin senuah meja lebih dulu ada dari pada pembuatnya, yaitu manusia. Sebab meja adalah ciptaan atau hasil karya manusia. Begitu pula dengan Allah SWT. sebagai pencipta alam semesta dengan segala isinya, pasti lebih dahulu ada, sebelum mukhluk ciptaan-Nya. hal itulah yang mustahil terjadi pada zat Allah SWT.  perhatikan firman Allah SWT :


 "Dialah yang awal dan yang akhir, yang zahir dan yang batin, dan dia mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Hadid : 3)

2.    Baqa
Baqa artinya kekal. Allah SWT. Maha Kekal dan Maha Abadi. Berbeda dengan makhluk-Nya, yang hidupnya berjalan menuju kematian dan kebinasaan. Perkembangan manusia dan makhluk hidup lainnya, bermula dari kelahiran kemudian menjadi seorang anak, berkembang menjadi dewasa, dan akhirnya menjadi tua, lalu mati. Semua proses dan kejadian itu merupakan hokum alam atau sunatullah, yang menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi selain Allah, dan hanya Dialah yang Maha Kekal. Perhatikan Firman Allah SWT :
  

Artinya: "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (QS. Al-Qasas : 88)

3.      Mukhalafatu Lilhawadisi
Mukhalafatu Lilhawadisi artinya berbeda dengan makhluk-Nya. Maksudnya, sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, Allah SWT. pasti berbeda dengan mkhluk ciptaan-Nya tersebut, baik sifat maupun zat-Nya.

Akal sehat manusia akan mengatakan bahwa Allah sebagai pencipta tidak akan sama dengan hasil ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam semesta ini. Pasti Dia berbeda dengan suma makhluk-Nya, baik sifat maupun zat-Nya.
Firman Allah SWT :



Artinya : "(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi  kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu apa pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengan lagi Maha Melihat". (Q.S. As-Syura : 11)




4.      Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri. Maksudnya, Allah SWT. tidak memiliki sifat ketergantungan dengan suatu apa pun. Dia tidak membutuhkan suatu  apa pun dari pihak lain karena Allah Maha Berdiri Sndiri. Berbeda dengan makhluk-Nya yang hidup di alam semesta ini, setiap makhluk memiliki ketergantungan kepada orang atau pihak lain dalam melangsungkan hidupnya.

Sebaliknya Allah SWT. tidak membutuhkan suatu apa pun dari pihak lain, termasuk juga dari manusia. Dia Maha Kaya dan Maha Berdiri Sendiri.



Perhatikan Firman Allah SWT :



Artinya : "Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaa-Nya apa yang di langit dan di bumi" (Q.S. Al-Bqarah : 255).

5.      Wahdaniyat
Wahdaniyat artinya  esa atau tunggal. Maksudnya, Allah SWT. itu Maha Esa, baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya. Tidak mungkin  ada dua Tuhan Selain Allah. Sebab jika ada dua Tuhan atau lebih maka dapat dibayangkan betapa dahsyat malapetaka yang akan menimpa manusia dan alam semesta ini, ketika terjadi silang sengketa di antara sesama Tuhan.

Sebagai bukti keesaan Allah, baik dalam sifat, zat maupun perbuatan-Nya yaitu terjadinya keselarasan dan keseimbangan di jagat raya ini, bintang, bumi dan sebagainya masih berjalan sesuai orbitnya masing-masing. Semua itu menunjukkan bahwa Allah SWT. Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya.
Firman Allah SWT :
 

Artinyta : "Katakanlah, Dialah Allah yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia". (Q.S.  Al-Ikhlas : 1-4)

3.      Bukti Sifat Wajib Bagi Allah yang Nafsiyah dan Salbiyah

a.      Bukti sifat-sifat wajib Bagi Allah yang nafsiyah
Sifat Nafsiyah adalah  Wujud, artinya ada. Sifat ini dapat dibuktikan dengan akal sehat manusia, sepanjang manusia mau beriman kepada Allah SWT. dan mau menggunakan akal budinya untuk berpikir dan merenungi wujud alam semesta sebagai ciptaan Allah.

Oleh karena itu, modal dasar manusia untuk dapat membuktikan bahwa Allah itu ada yaitu akal sehat dan keimanan yang kuat. Dengan akal budi manusia dapat memperhatikan bagaimana matahari dan bulan datang silih berganti, yang membuat siang dan malam saling bergantian. Firman Allah SWT :


Artinya : "Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya’. (Q.S. Yasin  40).

b.      Bukti Sifat Salbiyah
1.      Sifat Qidam
Qidam artinya terdahulu. Untuk membuktikan sifat ini, hendaknya manusia menggunakan akal budinya. Sebab hanya dengan akal budi dan keimananlah,   manusia akan meyakini kebenaran sifat Allah tersebut. Akal sehat manusia akan mengatakan bahwa setiap sesuatu pasti ada penciptanya, dan penciptanya itu pasti lebih dulu ada dari pada sesuatu yang diciptakannya itu.
2.      Sifat Baqa
Untuk memmmbuktikan sifat baqa (Maha Kekal)-nya Allah SWT. hendaknya diperhatikan segala kejadian yang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Akal sehat manusia akan mengatakan bahwa segala yang ada dijagat raya tidak ada yang kekal dan abadi sebab yang kekal hanyalah Allah SWT. Dia tidak akan using oleh waktu dan tidak akan lapuk oleh masa, keberadaan-Nya tidak bermula dan tidak juga berakhir.
Salah satu Bukti kekekalan (sifat Baqa) Allah SWT. adalah tetap teraturnya peredaran bulan dan matahari, pergantian siang dan malam, datangnya musim hujan dan kemarau secara teratur dan sebagainya.
3.      Sifat Mukhalafatu Lilhawadisi
Allah berbeda dengan semua yang baru. Allah Mendengar, Allah Melihat dan Allah Mengetahui semua yang tampak dan tersembunyi. Namun pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan pengetahuan-Nya Maha Kekal, tidak akan pernah rusak atau binasa . berbeda dengan pendengaran manusia yang dapat rusak karena tuli, penglihatannya dapat sirna karena buta, pengetahuannya dapat hilang karena lupa.
4.        Sifat Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi artinya dapat berdiri sendiri dan tidak membutuhkan bantuan orang atau pihak lain. Untuk dapat membuktikan bahwa Allah itu Maha berdiri sendiri adalah terciptanya langit dan bumi serta seluruh jagat raya ini tanpa bantuan orang atau pihak lain. Allah tidak memerlukan suatu apapun dari pihak manapun, termasuk dalam menciptakan alam semesta ini.
Dengan kekuasaan-Nya , Allah menciptakan langit menggantung tanpa tiang, bumi menghampar tak berbatas, angin bertiup tiada berhenti, lautan tak pernah mongering. Semua itu diciptakan-Nya tanpa bantuan siapa pun dari pihak mana pun. Hal itu semua agar manusia merenungi dan memikirkan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah berikut ini :



Artinya : "Maka apakan mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan ? Dan langit bagaimana ditinggikan ? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditrgakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka." (Q.S. Al-Ghasyiyah: 17-22)

5.      Sifat wahdaniyat.
Sifat wahdaniyat artinya  Esa atau Tunggal, Allah SWT itu Maha Esa, baik zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. oleh karena itu, tidak ada ciptaan-Nya yang ridak teratur dan tak seimbang. Jika Allah tidak esa atau bersekutu maka akan terjadi bentrokan keinginan di antara mereka, yang dapat merugikan kehidupan alam semesta. Sebab semua komponen alam akan berjalan tanpa aturan, tidak seimbang dan tidak sesuai orbitnya masing-masing.
Perhatikan Firman Allah SWT :


Artinya : "Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan, tuhan selain Allah, tentunlah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang telah mempunyai arasy daripada apa yang mereka sifatkan." (Q.S. Al-Anbiya: 22).

4.      Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Wajib Allah Yang Nafsiyah Dan Salbiyah        

Ciri-ciri orang yang beriman kepada sifat-sifat Allah yang dapat dikenali dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
a.       Mampu menjaga diri dari perbuatan maksiat dan mungkar.
b.      Selalu berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
c.       Memiliki sikap kreatif dan inovatif dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Memiliki sikap kemandirian yang kuat.

5.      Sikap Dan Perilaku Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Wajib Allah Yang Nafsiah Dan Salbiyah


Sikap perilaku yang tampak dari orang-orang yang beriman terhadap sifat yang wajib bagi Allah yang nafsiyah dan salbiyah antara lain sebagai berikut:
a.       Sikap jujur
b.      Bersikap amanah dan bertanggung jawab
c.       Bersikap rajin belajar dan ulet bekerja.

  6.    Terbiasa bersikap dan berperilaku sebagai orang yang beriman kepada sifat-sifat wajib yang nafsiyah dan salbiyah.


Untuk membiasakan diri berperilaku sebagai orang yang beriman, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.       Yakinkan dalam hati bahwa beriman kepada Allah SWT. dengan segala sifat-sifat-Nya adalah wajib bagi setiap muslim.
b.      Fahami dan hayati makna yang terkandung di dalam setiap sifat-sifat Allah SWT. sehingga kita dapat menemukan hakikat dan tujuan utama beriman kepada-Nya.
c.       Mulaialah sejak saat ini untuk membiasakan diri bersikap dan berperilaku sebagai muslim yang beriman, yakni bersikap mulia dan berperilaku terpuji.
d.      Mulailah secara bertahap dengan memilih sikap dan berperliaku yang termudah untuk diamalkan.
e.       Berdoalah kepada Allah SWT. agar senantiasa diberi kekuatan, petunjuk dan bimbingan agar dapat menjalankan segala ajaran-Nya, baik di waktu senang maupun di waktu susah.

C.SIFAT-SIFAT MUSTAHIL ALLAH SWT.

1.      Pengertian sifat-sifat mustahil Allah SWT.
a.       Sifat Adam
Adam artinya tidak ada, maksudnya mustahil Allah tidak ada. Sebab bukti keberadaan Allah itu sudah nyata, yakni adanya alam semesta ini pasti ada yang menciptakannya.
b.      Sifat hudus
Maksudnya mustahil Allah memiliki sifat hudus (baru), sebab yang bersifat baru itu hanyalah makhluk, dan yang baru itu pasti rusak. Jika Allah SWT. baru, artinya dia akan rudak dan binasa, dan hal itu mustahil bagi-Nya.


c.       Sifat fana
Maksudnya mustahil Allah rusak karena Allah tidak memiliki sifat baru maka tidak mungkin Allah SWT. itu rusak dan binasa, sebagaimana rusak dan binasanya makhluk ciptaan-Nya oleh perjalanan waktu.
d.      Mumasalah lilhawadisi
Maksudnya Allah SWT itu mustahil sama dengan  makhluk-Nya. sebab Dia adalah khalik  dan manusia beserta alam semesta ini adalah makhluk yang diciptakan-Nya. jadi tidak mungkin pencipta dan yang diciptakannya itu memiliki kesamaan, baik zat, sifat maupun perbuatannya.
e.       Ihtiyajuhu ligairihi
Maksudnya,  tidak mungkin Allah SWT. itu memiliki sifat ketergantungan kepada yang lain. Sebab Dia Maha Kaya dan Maha Kuasa, sehingga tidak membutuhkan bantuan dan pertolongan dari yang lain. Berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, yang tidak akan dapat melangsungkan kehidupannya tanpa bantuan yang lain.
f.       Ta'adud
Maksudnya,  mustahil Allah SWT. berbilang dan tidak tunggal atau lebih dari satu. Sebab jika Allah lebih dari satu maka akan terjadi silang sengketa diantara sesame Tuhan untuk mempertahankan  kehendaknya masing-masing.

2.      Dalil-dalil aqli dan naqli tentang sifat-sifat mustahil Allah 
a.      'Adam
'Adam artinya tidak ada, maksudnya mustahil Allah tidak ada sebab akal manusia akan mengatakan bahwa alam semesta ini tidak mungkin ada dengan sendirinya, tanpa ada yang menciptakannya. Oleh sebab itu pencipta alam semesta ini beserta segala isinya pasti zat Allah SWT. perhatikan firman Allah SWT :


Artinya : "Dan Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakan kamu di bumi  ini, dan kepada-Nya lah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia lah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya". (Q.S. Al-Mukminun : 79-80).
b.      Hudus
      Mustahil Allah bersifat baru, sebab yang baru itu pasti ada yang menciptakannya. Jika Allah itu baru maka siapakah yang menciptakan Allah. Mustahil Allah bersifat baru sebab yang baru pasti ada permulaannya dan ada pula akhirnya, sedangkan Allah SWT.  tidak mungkin didahului adanya oleh suatu apa pun, dan begitu pula tidak mungkin ada yang lebih akhir dari pada-Nya. Firman Allah SWT :


Artinya : "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir day Yang Batin. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. Al- Hadid : 3).

c.       Fana
Mustahil Allah binasa, akal manusia tidak dapat menerima jika Allah SWT. yang mengendalikan jalannya roda kehidupan alam semesta ini bias rusak atau mati. Sebab jika Allah bias rusak atau binasa maka siapakah yang dapat mengendalikan jalannya kehidupan jaga raya ini. Oleh sebab itu, mustahil Allah memiliki sifat fana, sebagaimana firman-Nya :



Artinya : "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah SWT." (Q.S. Al-Qasas : 88)

d.      Mumasalah lilhawadisi
Artinya memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya. Mustahil Allah sebagai pencipta alamsemesta memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya. sebab akal sehat manusia akan mengatakan bahwa buku, bolpoin, mobil, yang diciptakan manusia, tidak sama dengan pembuatnya. Apalagi Allah SWT. sebagai pencipta alam semesta ini, tentu tidak akan sama atau serupa dengan makhluk-Nya. Allah maha Sempurna, sedangkan makhluk serba kekurangan.

Firman Allah SWT :

Artinya : "Tiada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang MAha Mendengar lagi Maha Melihat." (Q.S. As-Syura : 11).

e.       Ihtiyajuhu Ligairihi
Artinya Mustahil Allah membutuhkan sesuatu berupa bantuan dan pertolongan dari pihak lain. Sebab yang membutuhkan bantuan orang lain adalah orang yang lemah dan penuh kekurangan, sedangkan Allah telah menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya tanpa bantuan yang lain. Dengan demikian mustahil Allah membutuhkan bantuan dari yang lain, sebab Dia Maha Kaya dan Maha Perkasa. Allah SWT. berfirman :


Artinya : "Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah ; dan Allah Dia-lah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dia yang demikian itu, sekali kali tidak sulit bagi Allah." (Q.S. Fatir : 15-17).

f.       Ta'adud
Mustahil Allah SWT. sebagai Tuhan pencipta dan pengatur alam semesta ini lebih dari satu atau berbilang. Sebab jika Allah lebih dari satu maka suatu saat akan terjadi perdebatan hebat di antara mereka. Allah SWT. berfirman :


Artinya : " Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan; "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga". Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhal disemabah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakana itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih" (Q.S. Al-Maidah: 73).


D. Sifat jaiz Bagi Allah

a.      Pengertian dan Identifikasi sifat jaiz bagi Allah
Menurut bahsa, jaiz artinya boleh. Adapun menurut istilah ilmu tauhid, sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada dan boleh juga tidak ada bagi-Nya. Artinya, sifat tersebut tidak menuntut pasti ada atau wajib ada pada Allah, dan tidak pula menuntut harus tidak ada pada-Nya, melainkan merupakan suatu kebebasan bagi allah dengan kehendaknya sendiri, tanpa ada yang berhak untuk memaksanya, baik mengadakan maupun meniadakan sifat tersebut.

Adapun sifat jaiz bagi Allah hanya ada satu, yaitu :

فــعــل كـل مـمـكـن أو تـر كــه
Artinya : "Memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak melakukannya".
b.      Dalil aqli dan naqli sifat jaiz bagi Allah
Allah SWT. memiliki kebebasan dalam berbuat dan berkehendak. Tidak ada kewajiban atau larangan bagi-Nya dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu jika Allah merasa berkewajiban untuk berbuat sesuatu, berarti memiliki kekurangan dan membutuhkan kesempurnaan. Jadi artinya Allah SWt. tidak sempurna karena membutuhkan makhluk-Nya. Hal tersebut mustahil bagi Allah, sebab Dia telah menjadi Tuhan dan tetap menjadi Tuhan tanpa ada kaitannya dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Oleh sebab itu, Allah SWT. bebas berkehendak dan berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan-Nya. Perhatikan firman Allah SWT:



Artinya: “Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran : 26)







4.     Ciri-ciri orang yang beriman terhadap sifat-sifat mustahil Allah

Orang-orang yang beriman terhadap sifat-sifat mustahil Allah dengan baik dan benar, akan tercermin dari sikap perilakunya yang terpuji, di antaranya sebagai berikut :

a.       Senantiasa taat kepada perintah-perintah Allah dan berupaya menghindari larangan-Nya.
b.      Pandai bersyukur ketika mendapat nikmat dan karunia-Nya, dan senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari-Nya.
c.       Berjiwa besar dan pemaaf.
d.      Peduli terhadap sesame dan alam lingkungannya.
e.       Sikap dan perilaku orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah SWT.

5.     Sikap dan perilaku orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah SWT.

Sikap perilaku mulia yang dapat mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan, baik bagi dirinya, orang lain maupun alam lingkungannya antara lain sebagai berikut :
a.       Sikap adil dan bijaksana
b.      Bersikap tabah dan teguh pendirian
c.       Bersikap tawadu' dan tasamuh
d.      Bersikap mawas diri dan teliti

6.     Membiasakan diri bersikap dan berperilaku sebagai orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah SWT.

Sebagaimana telah disebutkan diatas tentang cirri-ciri sikap dan perilaku orang yang beriman, hendaknya setiap muslim mulai mengamalkan dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun untuk dapat mengamalkan berbagai sikap perilaku terpuji tersebut, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.       Yakinkan dalam hati bahwa Allah tidak mungkin memiliki sifat-sifat yang mustahil bagi-Nya. sebab sifat-sifat itu tidak pantas disandang oleh Allah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Makhluk-Nya.
b.      Pahami dan hayati makna yang terkandung dalam setiap sifat yang mustahil bagi Allah tersebut, secara baik dan benar.
c.       Mulailah membiasakan diri dengan besikap perilaku terpuji sesuai makna  yang terkandung dalam sifat-sifat mustahil Allah tersebut.
d.      Jika masih terasa berat merubah semua sikap dan perilaku secara keseluruhan agar sesuai dengan akhlak terpuji maka biasakanlah merubahnya sedikit-demi sedikit.
e.       Tetaplah berpegang teguh pada pendirianmu, yakni membiasakan diri merubah sikap perilaku yang buruk menjadi sikap perilaku yang terpuji, sehingga tidak tergoyah oleh setiap godaan dan rintangan yang menghadang.
f.       Hendaknya menjaga diri dari pergaulan yang sesat dan tidak sesuai dengan norma-norma agama dan social. Sebab pergaulan yang demikian itu, dapat membentuk sikap perilaku buruk dan bejat.
g.      Berdoalah kepada Allah SWT. untuk mendapatkan bimbingan dan kekuatan dalam membiasakan diri bersikap perilaku sebagai orang yang beriman kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar